“
Apa itu Kesehatan Mental ??? “
Sebelum kita
mengetahui apa itu “kesehatan mental” ?, kita akan menjabarkan terlebih dahulu
antara gangguan atau penyakit mental. Gangguan atau penyakit mental itu adalah
gangguan atau penyakit yang menghalangi seseorang hidup sehat seperti yang
diinginkan baik oleh diri individu itu sendiri maupun oleh orang lain. Jumlah
gangguan mental yang dapat diidentifikasikan hampir tidak terbatas, mulai dari
kesulitan-kesulitan emosional yang singkat meskipun merugikan individu sampai
pada gangguan mental yang ringan dan berat. Pada gangguan mental yang ringan
disebut “neurosis (gangguan mental)”
sedangkan pada gangguan mental yang berat disebut “psikosis (penyakit mental)”. Klasifikasi gangguan mental banyak dan
berbeda-beda antara bidang yang terkait, seperti: psikiatri, psikologi,
sosiologi, maupun antropologi. Dengan klasifikasi atau pendekatan tersebut dari
masing-masing bidang ini juga tidak umum dan tidak menyeluruh.
Sikap-sikap yang
penting dalam menentukan kesehatan mental adalah sebagai berikut:
1. Sikap
menghargai diri sendiri.
2. Sikap
memahami dan menerima keterbatasan diri sendiri dan keterbatasan orang lain.
3. Sikap
memahami kenyataan bahwa semua tingkah laku ada penyebabnya.
4. Sikap
memahami dorongan untuk aktualisasi diri.
Seseorang
yang menyukai dirinya sendiri biasanya orang yang bermental sehat. Sebaliknya,
orang yang sama sekali tidak menyukai dirinya sendiri mengalami simtom khusus
ketidakmampuan menyesuaikan diri.
Ilmu
kesehatan mental bertujuan untuk membantu dan bukan untuk menghancurkan ego
orang lain. Ia mengutamakan sikap menerima dan memuji bukan sikap menyalahkan
dan menghukum. Ia menghormati martabat pribadi individu (pendekatan positif dan
bukan negatif).
Dari
segi pendekatan, semua gangguan utama yang sudah disebutkan diatas secara
sistematis adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan
psikodinamika
2. Pendekatan
behavioral
3. Pendekatan
kognitif
4. Pendekatan
fisiologis (biologis)
5. Pendekatan
humanistik – esistensial
6. Pendekatan
sosio – budaya
“
Ilmu Kesehatan Mental “
Manusia dalam ilmu kesehatan mental
diteliti dari titik tolak keadaan atau kondisi mentalnya. Sebelum menjabarkan
apa ilmu kesehatan mental dari beberapa tokoh, kesehatan mental atau mental hygiene mempunyai arti kata dari
bahasa Latin dan bahasa Yunani. Kata mental dari bahasa Latin yaitu mens dan mentis yang berarti jiwa, sukma, roh, semangat, sedangkan kata hygenie dari bahasa Yunani yaitu hugiene yang berarti ilmu tentang
kesehatan. Jadi, mental hygenie
sering juga disebut psikohygenie. Mental hygenie menitik beratkan
kehidupan kerohanian, sedangkan psikohygeniemenitikberatkan manusia sebagai totalitas psikofisik atau psikosomatik. Ilmu
kesehatan mental itu adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental manusia
dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. Ada banyak
definisi yang diberikan oleh penulis terhadap ilmu kesehatan mental. Beberapa
diantaranya adalah . .
Alexander Schneiders (1965): “Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang
mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan
untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan
mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri.”
Samson, Sin, & Hofilena (1963): “Ilmu kesehatan mental bertujuan untuk
menjaga dan memelihara fungsi-fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidakmampuan
meyesuaikan diri atau kegiatan-kegiatan mental yang kalut.”
Howard Bernard (1957): “Ilmu kesehatan mental adalah suatu program
yang dipakai dan diikuti seseorang untuk mencapai penyesuaian diri.”
D.B. Klien (1955): “Ilmu kesehatan mental itu adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah
penyakit mental dan meningkatkan kesehatan mental.”
Louis P. Thorpe (1960): “Ilmu kesehatan mental adalah tahap
psikologis yang bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesehatan mental.”
Analisis dari definisi ilmu kesehatan
mental menunjukan bahwa ilmu tersebut pertama-tama berbicara mengenai pemakaian
dan penerapan seperangkat prinsip kesehatan yang bertujuan untuk mencegah
ketidakmampuan menyesuaikan diri serta meningkatkan kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan
perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala kapasitas,
kreativitas, energi, dan dorongan yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa
kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan atau
penyakit mental (neurosis dan psikosis).
Menurut Dr. Estefania Aldaba Lim (1956),
kesehatan mental itu tidak bisa didefinisikan secara sederhana, tetapi harus
menyangkut berbagai macam hal. Karena itu, ia lebih lanjut menjelaskan arti
kesehatan mental ketika ia menekankan apa yang tidak termasuk dalam kesehatan
mental. Berikut dalam pandangan kesehatan mental dari Dr. Estefania Aldaba Lim
:
1.
Kesehatan mental bukan
penyesuaian diri dalam semua keadaan, karena ada
banyak keadaan dimana seseorang sebaiknya tidak menyesuaiakan diri dengannya
sebab kalau tidak demikian, maka akan kemungkinan ia tidak akan mencapai
kemajuan.
2.
Kesehatan mental bukan
bebas dari kecemasan dan ketegangan, karena
kecemasan dan ketegangan sering kali merupakan prasyarat dan akibat yang
ditimbulkan oleh kreativitas.
3.
Kesehatan mental bukan
bebas dari ketidakpuasan, karena ketidakpuasan
yang realistik membuktikan adanya kemajuan.
4.
Kesehatan mental bukan
konformitas, karena salah satu kriteria untuk
kematangan adalah kemampuan untuk berada terpisah dari masyarakat apabila
keadaan menuntutnya. Ciri kesehatan mental adalah kebebasan yang relatif dari
prasangka-prasangka budaya dan pribadi.
5.
Kesehatan mental bukan
berkurangnya prestasi dan kreativitas, karena ciri
kesehatan mental adalah kemampuan individu untuk menggunakan tenaganya dengan
sepenuh-penuhnya.
6.
Kesehatan mental bukan
tidak adanya tabiat-tabiat pribadi yang aneh,
karena banyak tabiat yang aneh seperti itu yang tidak mengganggu fungsi tubuh
yang normal, memperkaya kehidupan individu orang-orang yang berhubungan
dengannya.
7.
Kesehatan mental bukan
melemahkan kekuasaan, karena ciri kesehatan
mental adalah meningkatnya kemampuan individu untuk mengguanakan dan menghargai
kekuasaan yang realistik sambil mengurangi pengguanaan kekuasaan sebagai suatu
kekuatan yang menekan dan yang hanya dipakai untuk memuaskan kebutuhan pribadi
individu.
8.
Kesehatan mental bukan
bertentangan dengan nilai-nilai agama, karena
kesehatan mental memudahkan dan melengkapi tujuan-tujuan agama.
Jelas semua kualitas kesehatan mental
yang disinggung dalam definisi dan penjelasan diatas sangat penting untuk
penyesuaian diri. Reaksi-reaksi terhadap lingkungan, pekerjaan, perkawinan, dan
hubungan antarpribadi tetap dipengaruhi oleh keadaan mental. Perasaan
sejahtera, kestabilan emosi, efesiensi mental sangat berharga dalam memecahkan
kesulitan-kesulitan dan konflik-konflik pribadi. Karena itu, kesehatan mental
atau penyakit mental menembus proses penyesuaian diri dan dapat dianggap
sebagai kondisi dan sebagai bagian integral dari penyesuaian diri. Kesehatan
mental tidak hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat, tetapi juga
suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Itulah
suatu keadaan pribadi yang bercirikan kemampuan seseorang untuk menghadapi
kenyataan dan untuk berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat yang
dinamik.
Sangat sulit untuk menetapkan satu
ukuran dalam menentukan dan menafsirkan kesehatan mental. Alexander A.
Schneider (1965) dengan bukunya berjudul “Personality
Dynamics and Mental Health”, mengemukakan bebrapa kriteria yang sangat
penting dan dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Efisiensi mental,
seperti pada gangguan kepribadian yang mengalami gangguan emosional, neurotik,
atau tidak adekuat sama sekali tidak memiliki kualitas ini.
2.
Pengendalian dan
integrasi pikiran dan tingkah laku, seperti pada
obsesi, ide yang melekat (pikiran yang tidak hilang-hilang), fobia, delusi, dan
simtom-simtom lainnya mungkin berkembang. Yang meliputi integrasi pikiran dan
tingkah laku adalah pembohong yang patologik, psikopat, dan penipu mengalami
kekurangan dalam integritas pribadi.
3.
Intergrasi motif-motif
serta pengendalian konflik dan frustrasi,
seperti kebutuhan akan afeksi dan keamanan bisa bertentangan dengan otonomi
kemudian dorongan seks bisa bertentangan dengan cita-cita atau prinsip-prinsip
moral.
4.
Perasaan-perasaan dan
emosi-emosi yang positif dan sehat, seperti perasaan
positif yaitu perasaan-perasaan yang diterima, cinta, memiliki, aman, dan harga
diri. Sedangkan perasaan negatif yaitu perasaan-perasaan yang tidak aman yang
dalam, tidak adekuat, bersalah, rendah diri, bermusuhan, benci, cemburu, dan
iri hati.
5.
Ketenangan atau
kedamaian pikiran, seperti keharmonisan emosi,
perasaan positif, pengendalian pikiran dan tingkah laku. Respon-respon yang
simtomatik, seperti delusi-delusi, lamunan atau halusinasi merupakan gangguan
yang langsung bertentangan dengan kestabilan mental.
6.
Sikap-sikap yang sehat,
mempunyai kesamaan dengan perasaan-perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan
mental. Seperti kepribadian-kepribadian yang tidak dapat meyesuaikan diri atau
kalut, kita selalu teringat betapa pentingnya mempertahankan pandangan yang
sehat terhadap hidup, orang-orang, pekerjaan, maupun kenyataan.
7.
Konsep diri (Self Concept) yang sehat,
perasaan-perasaan diri yang tidak adekuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak
aman atau tidak berharga akan mengurangi konsep diri yang adekuat.
8.
Identitas ego yang
adekuat, menurut White (1952), identitas ego
adalah diri atau orang dimana ia merasa dirinya sendiri. Contohnya seperti
tuntutan dari diri dan kenyataannya, ancaman, frustrasi, dan konflik, maka kita
harus berpegang teguh pada identitas kita sendiri. White (1952) menambahkan,
apabila identitas ego tumbuh menjadi stabil dan otonom, maka orang tersebut
akan mampu bertingkah laku lebih konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungannya. Semakin ia yakin akan kodrat dan sifat-sifat yang khas dari
dirinya sendiri, maka semakin kuat juga inti yang menjadi sumber kegiatannya.
9.
Hubungan yang adekuat dengan kenyataan,
misalnya seseorang yang terlalu menekankan masa lampau adalah orang yang tidak
berorientasi kepada kenyataan, sedangkan seseorang yang menggantikan kenyataan
dengan fantasi atau khayalan adalah orang yang telah menolak kenyataan.
REFERENSI
Bernard,
H. (1957). Toward Better Personal
Adjustment. New York: McGraw-Hill Book Co.
Schneiders,
A. (1965). Personality Dynamics and
Mental Health. New York: Rinehart & Co.
Samson,
J., Sin, F., & Hofilena, F. (1963). Principles
and Practice of Mental Hygenie. Manila Philipphines.
Thorpe,
L.P. (1960). The Psychology of Mental
Health. New York: Ronald Press.
White,
R.W., & Watt, N.F. (1972). The
Abnormal Personality (15th ed.). Philadelphia: W.B. Saunders
Company.